MAKALAH Pengertian Al-Qur'an

Silahkan Download Disini...


PENGERTIAN AL-QUR’AN
Mata Kuliah: Ulum Al-Qur’an
Oleh : Ahmad Muflihuddin
BAB I
A.    Latar Belakang
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslim diseluruh penjuru pelosok dunia. Yang menjamin kebahagiaan bagi setiap penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat esensial yaitu Al-Quran yang berfungsi untuk memberi petunjuk kepada  jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman, “sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya” (QS. 17:9).
Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama Islam, penganutnya harus dekat dengan Al-Quran. Dalam artian yang lebih luas menegenal Al-Quran. Memperhatikan dan mempelajari Al-Quran, “tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati mereka tertutup” (QS. 47:24).
B.     Rumusan Masalah :
1.      Bagaimana pengertian Al-Qur’an ?
2.      Apa nama-nama lain dari Al-Qur’an ?
3.      Bagaimana Sifat-sifat Al-Qur’an ?
4.      Bagaimana fungsi Al-Qur’an ?
C.    Tujuan Pembelajaran
1.      Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an.
2.      Untuk mengetahui nama-nama lain dari Al-Qur’an .
3.      Untuk mengetahui Sifat-sifat Al-Qur’an.
4.      Untuk mengetahui fungsi Al’Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Al-Qur’an
Dalam pembahasan tentang arti al-Qur’an akan ditinjau dari dua segi, yaitu arti al-Qur’an menurut bahasa (etimologi) dan arti al-Qur’an menurut istilah (terminologi).
Qur’an adalah bentuk masdhar dari kata kerja Qara’a, berarti “bacaan”  kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.[1]
1.      Menurut Bahasa
Kata Al-Qur’an adalah isim mashdar (kata benda) dari kata (قرأ) dengan makna isim Maf’ul, sehingga berarti “bacaan”.[2] Al-Qur’an Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) keduanya bererti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (غفر غفرا وغفرانا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) kerana ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Secara Bahasa Al-Qur’an adalah mashdar dari qara-a---yaqra-u—qirâ-atan—qur’â-nan yang berarti bacaan.[3] Al-Qur’an dalam pengertian bacaan ini misalnya terdapat dalam firman Allah SWT:
إنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18)[4]  
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. Al-Qiyâmah 75:17-18).
Di samping dalam pengertian mashdar dengan pengertian bacaan atau cara membacanya, Qur’an juga dapat dipahami dalam pengertian maf’ûl, dengan pengertian yang dibaca (maqrû’). Dalam hal ini apa yang dibaca (maqrû’) diberi nama bacaan (qur’an) atau penamaan maf’ûl dengan mashdar.[5]
Menurut sebagian ulama seperti Imam Syafi’i, sebagaimana dikutip as-uyûthi, Qur’an adalah ism ‘alam ghairu musytâq (nama sesuatu yang tidak ada asal katanya), merupakan nama khusus untuk firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti halnya Taurat dan Injil yang juga tidak ada asal katanya. Jika Qur’an berasal dari kata qara-a berarti setiap yang dibaca dapat dinamai Qur’an.[6]
2.      Al-qur’an secara istilah adalah
كلام اللّهِ المنزّل على محمّد صلىّ اللّه عليه وسلم المتلو بالتّاتر والمتّعبد بتلاوتهِ
“Firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW, yang dibaca dengan mutawatir dan beribadah dengan membacanya”.
Pengertian terminologis di atas dinilai cukup untuk mendefinisikan apa itu Al-Qur’an. Penyebutan lafzh al-jalâlah Allah setelah kalâm (firman-perkataan) membedakan Al-Qur’an dari kalâm atau perkataan malaikat, jin dan manusia. Sifat al-munazzal (yang diturunkan) setelah kalâmullah (firman Allah) diperlukan untuk membedakan Al-Qur’an dari kalam Allah yang lainnya, karena langit dan bumi dan seluruh isinya juga termasuk kalam Allah. Keterangan ‘Ala Muhammadin Shallahu ‘alaihi wa sallam diperlukan untuk membedakan Al-Qur’an dengan kalam Allah lainnya yang diturunkan kepada nabi dan rasul sebelumnya seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Mûsa AS, Zabûr kepada Nabi Daud AS, Injil kepada Nabi ‘Isa AS dan Shuhuf Ibrâhim dan Mûsa AS. Sifat bi at-tâwatur diperlukan untuk membedakan Al-Qur’an dengan firman Allah lainnya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tapi tidak masuk kategori mutawatir seperti hadits âhâd. Karena hadits nabawi pun ada yang bersifat mutawatir maka untuk membedakannya dengan Al-Qur’an ditambahkan keterangan di bagian akhir definisi al-muta’abbad bi tilâwatihi, karena hanya Al- Qur’an lah firman Allah SWT yang dibaca waktu melaksanakan ibadah seperti shalat (maksudnya setelah membaca Surat Al-Fâtihah), sedangkan firman Allah berupa hadits tidak dibaca dalam shalat.[7]
Al-Qur’an yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad Saw., melalui wahyu yang dibawa oleh jibril, baik lafazh maupun maknanya; membacanya merupakan ibadah, sekaligus merupakan mukjizat yang sampai kepada kita secara mutawatir.[8] Adalah Kalam Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
As-Syâfi'i berpendapat, dan pendapat ini kemudian dikuatkan oleh as-Suyûthi, bahwa al-Qur'ân adalah nama yang tidak diambil dari pecahan kata manapun (ghayr musytaqq). Ini adalah nama untuk kitab Allah, sebagaimana kitab-kitab samawi yang lain.[9]
Khusus Al-qur’an, yaitu kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW menjadi kepunyaannya, seperti ilmu bagi seseorang, dibangsakan dengan persekutuan lafadz itu dihubungkan kepada himpunan Al-Qur’an dan kepada ayat-ayatnya itu.[10]
Qur’an adalah risalah Allah kepada manusia semuanya, banyak nas yang menunjukkan hal itu, baik di dalam Qur’an maupun di dalam sunah.[11]
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Muhammad saw. dan dinukil kepada kita secara mutawatir, serta dinilai beribadah ketika membacanya.[12]
Sebagian ulama berpendapat, kitab ini dinamakan Al-Qur’an, karena di dalam kitab ini berkumpul semua isi kitab-kitab yang turun sebelumnya. Bahkan semua ilmu pengetahuan. Allah sendiri yang menunjukan demikian. Firman Allah dalam Al-Qur’an
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ  
Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu (An-Nahl 16:89)
yang disebut Al-Qur’an tidak hanya yang ditulis di dalam mushaf, tetapi juga yang dibaca secara lisan berdasarkan hafalan. Apalagi pada era teknologi informasi sekarang ini, Al-Qur’an tidak hanya dalam bentuk mushaf yang tertulis tetapi juga dalam bentuk digital, compact disc dan rekaman suara.
Perlu juga ditambahkan di sini bahwa istilah Al-Qur’an di samping digunakan untuk keseluruhan juga untuk sebagian. Jika anda membaca satu Surat bahkan satu ayat saja dari Kitab Suci Al-Qur’an anda sudah disebut membaca Al-Qur’an.[13]
Menurut Subhi Al Salih yang dikutif dalam buku metode penulisan karia ilmiah MPI pada program pascasarjana UMI Makassar mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut: Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.[14]
Demikianlah definisi Al-Qur’an secara etimologis dan terminologis. Lalu apa beda Al-Qur’an dengan Hadits Qudsi yang juga merupakan kalam Allah? Perbedaannya ada pada teks (redaksi). Al-Qur’an adalah firman Allah yang teks (redaksi) dan maknanya (isi) dari Allah SWT (lafzhan wa ma’nan minallah). Nabi Muhammad SAW hanya berperan menerima dan menyampaikan apa adanya sebagaimana yang diwahyukan kepada beliau. Sedangkan Hadits Qudsi, adalah firman Allah yang maknanya (isi) datang dari Allah tetapi teks (redaksi) nya dari Rasulullah SAW.
Di samping itu, Al-Qur’an seluruhnya diriwayatkan dengan mutawatir, sehingga bersifat qath’iyy ats-tsubût, sedangkan hadits qudsi sebagian besar riwayatnya âhâd, sehingga bersifat zhanniyy ats-tsubût. Hadits qudsi ada yang shahîh, hasan, dan dha’îf. Perbedaan lain, Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi sampai Hari Kiamat, tidak ada yang bisa menjawab tantangannya untuk membuat seperti Al-Qur’an, walaupun hanya satu surat. Sementara hadits qudsi tidak bersifat mukjizat dan bangsa Arab dan yang lainnya tidak pernah ditantang untuk membuatnya. Begitu juga Al-Qur’an beribadah membacanya (dibaca waktu shalat) sedangkan hadits tidak, kecuali hanya pahala bersifat umum.[15]
Sementara itu hadits Nabi umumnya (yang bukan hadits qudsi) sekali pun teks (redaksi) dan maknanya (isi) datang dari Nabi Muhammad SAW, tetapi tetap bersumber dari wahyu baik secara langsung mau pun tidak langsung. Untuk hal-hal yang tidak mungkin bersumber dari hasil ijtihad beliau sendiri tentu Nabi mengetahuinya dari firman Allah SWT yang diwahyukan kepada beliau, misalnya tentang alam barzakh, peristiwa yang akan terjadi di Akhirat, pahala dan dosa, surga dan neraka dan hal-hal ghaib lainnya. Untuk hal-hal seperti itu tentu sumbernya dari Allah sekali pun Nabi tidak mengatakannya sebagai firman Allah sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits Qudsi. Ini lah yang dimaksud dengan hadits nabawi yang bersumber dari wahyu secara langsung. Sedangkan untuk hal-hal yang diungkapkan oleh Nabi berdasarkan ijtihad beliau sendiri, maka nilai wahyu nya terletak pada kontrol yang diberikan. Jika ada di antara ijtihad Nabi itu yang salah, Allah SWT akan langsung mengoreksinya seperti peristiwa yang terjadi antara Nabi dan Abdullah ibn Ummi Maktûm di Makkah yang kemudian menjadi sebab turunnya Surat ‘Abasa. Inilah yang dimaksud dengan hadits nabawi yang bersumber dari wahyu secara tidak langsung.[16]
Jadi ringkasnya perbedaan antara Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi lainnya adalah sebagai berikut:
Al-Qur’an: Isi dan redaksi dari Allah SWT
Hadits Qudsi: Isi dari Allah SWT dan redaksi dari Nabi Muhammad SAW
Hadits Nabawi: Isi dan redaksi dari Nabi Muhammad SAW, tetapi bersumber dari wahyu langsung atau tidak langsung.
B.     Nama-nama Lain al-Qur'an
1.      Nama-nama Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang sekaligus menunjukkan fungsinya. Al-Qur’an dan Al-Kitâb adalah dua nama yang paling populer. Di samping itu Al-Qur’an juga dinamai Al-Furqân, Adz-Dzikr dan At-Tanzîl. Berikut ini adalah ayat-ayatAl-Qur’an, Al-Qur’an yang menyebutkan nama-nama tersebut:[17]
a.       Alqur’an, Allah Berfirman dalam Al-Qur’an “ Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (QS. 17:9)[18]
Dinamai Al-Qur’an, karena kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan arti kata Qur’an itu sendiri sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian awal bab ini.
b.      Kitâb: Allah menyebut al-Qur'an dengan sebutan Kitâb,
Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Jâtsiyah: 2:
تنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيم
Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
c.       Dzik: Artinya Pemberi peringatan Allah menyebut al-qur'an dengan sebutan Dzikr,sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Hijr: 9:
إنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Adz-Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz-Dzikr karena di dalam kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat masa yang lalu.
d.      Furqân: Allah juga menyebut al-Qur'an dengan sebutan
Furqân, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Furqân:
تبارَكَ الذِي نزَّلَ الْفُرْقانَ عَلى عَبدِهِ لِيَكونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيْرًا
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
Al-Furqân, mashdar dari asal kata faraqa, dalam wazan fu’lân, mengambil bentuk shifât musyâbahah dengan arti ‘yang sangat memisahkan’. Dinamai demikian karena Al-Qur’an memisahkan dengan tegas antara haq dan batil, antara benar dan salah dan antara baik dan buruk.
e.       Tanzîl: yang diturunkan  al-Qur'an disebut Tanzîl oleh Allah SWT. Dalam banyak ayat, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat as-
Syu'arâ': 192:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِين
Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.
At-Tanzîl artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai demikian karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibrîl.
Demikianlah lima nama Al-Qur’an yang umumnya disepakati oleh para ulama sebagai nama-nama Al-Qur’an.
Qur’an dan alkitab lebih popular dari nama-nama lain. Dalam hal ini Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata: “ia dinamakan Qur’an karena ia di baca dengan lisan, dan dinamakan al-kitab karena ia di “ditulis” dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.”
Penamaan Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa selayaknya ia dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Dengan demikian, apabila di antara salah satunya ada yang melenceng maka yang ada yang meluruskannya. Kata kita tidak dapat menyandarkan hanya kepada hafalan seseorang seserang sebelum hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh para sahabat dan di nukilkan kepada kia dari generasi ke generasi menurut keadaan sewaktu dibuatnya pertama kali.[19]
C.    Sifat-sifat al-Qur'an
Allah SWT. juga menyebut sejumlah sifat sebagai sifat al-Qur'an. Antara lain bisa disebutkan sebagai berikut:[20]
1.      Mubârak: Allah menyifati al-Qur'an dengan sifat Mubârak, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Shad: 29:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya Pendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
2.      Hakîm: Allah juga menyifasinya dengan al-hakîm,
Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Yasin: 2
“Demi al-Qur'an yang penuh hikmah”
3.      Majîd: Allah juga menyifati al-Qur'an dengan al-Majîd,
Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Qaf: 1:
Qaaf. Demi Al Qur'an yang sangat mulia.
4.      Nur, (cahaya) berfirman tuhan dalam al-qur’an, hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu telah kami turunkan kepadamu nur (Cahaya) yang terang benderang (QS 4:174)
5.      Aziz, (yang mulia), Allah berfirman tuhan dalam al-qur’an, Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-qur’an itu datang kepada mereka akan celak. Dan sesunguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. (QS 41:42).
D.    Fungsi Al Qur'an
1.      Al Qur'an Sebagai Petunjuk bagi Manusia
Allah swt menurunkan Al-Qur’an sebagai petujuk umat manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185).
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Terjemahnya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah: bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.[21] dan (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2.      Al Qur'an Sebagai Sumber pokok ajaran islam
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum, ibadah, ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan ,ilmu pengethuan dan seni.
3.      Al Qur'an Sebagai Peringatan dan pelajaran bagi manusia
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu, baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4.      Al Qur'an Sebagai sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah-satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.[22]
BAB III
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Al-Qur’an adalah secara harfiah berarti "bacaan"; juga diromanisasikan sebagai Qur'an atau Koran adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan, kepada Nabi Muhammad Kitab ini dikenal dan dihormati sebagai sebuah karya seni sastra bahasa Arabterbaik di dunia. Kitab ini terbagi ke dalam beberapa bab (dalam bahasa Arab disebut "surah") dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa sajak (ayat).
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Muhammad saw. dan dinukil kepada kita secara mutawatir, serta dinilai beribadah ketika membacanya
2.      Adapun nama-nama lain al-Qur’an adalah:
a.       Al-Furqân,
b.      Al-Kitab
c.       Adz-Dzikr
d.      dan At-Tanzîl..
3.      Allah SWT Juga menyebut sejumlah sifat sebagai sifat al-Qur'an. Antara lain bisa disebutkan sebagai berikut:
a.      Mubârak:
b.      Hakîm
c.       Majîd
d.      Nur
e.       Aziz
4.      Fungsi Al-Qur’an
a.       Al Qur'an Sebagai Petunjuk bagi Manusia
b.      Al Qur'an Sebagai Sumber pokok ajaran islam
c.       Al Qur'an Sebagai Peringatan dan pelajaran bagi manusia
d.      Al Qur'an Sebagai sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
B. Saran
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.  
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Hafidz. 2003. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami alQuran). Bogor: CV IDeA Pustaka Utama.
Agil. Said. Husin. Al Munawwar. 2003. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Cet. III. (Jakarta: Ciputat Press).
Ash Shiddieqy. M. Hasbi. 1988. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: PT Bulan Bintang). Cet. Kesebelas.
Al-Qur’an.
Departemen Agama RI. 2006. Al- Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya. (Jakarta: PT.Syamil Cipta Media).
Quthon.  Mana’ul. 1998. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: PT RINEKA CIPTA.). Cet. Kedua.
Tahrir. Hizbut. 2004. Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah. T.t.c. (Baerut-Libanon: Daarul Ummah.).
Tim Dosen MPI. UMI Makassar. Metode Penulisan Karia Ilmiah Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam
Yunahar. Ilyas. 2014. Kuliah Ulumul Qur’an. (Yogyakarta:  ITQAN Publishing). Cetakan ketiga.
Zen. Muhaimin. 2012 Al-Qur’an Seratus Persen Asli Sunni-Syi’ah Satu Kita Suci. Cet. I. (pejaten Jakarta: Nur Al-Huda).




[1] Said Agil Husin Al Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet. III, (Jakarta: Ciputat Press, 2003). hlm. 4
[2] Muhaimin Zen, Al-Qur’an Seratus Persen Asli Sunni-Syi’ah Satu Kita Suci, Cet. I, (pejaten Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), hlm. 49
[3] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1988), Cet. kesebelas, hlm. 1
[4] Al-Qur’an, 75:17-18
[5]Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta:  ITQAN Publishing, 2014), Cetakan ketiga, hlm 15
[6] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an……, hlm. 16
[7]  Hafidz Abdurrahman,Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami alQuran), Bogor: CV IDeA Pustaka Utama, 2003), hlm. 16-17
[8] Hizbut Tahrir, Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, T.t.c, (Baerut-Libanon: Daarul Ummah, 2004), hlm. 31
[9] Hafidz Abdurrahman,Ulumul Qur’an Praktis…….. hlm. 8
[10] Mana’ul Quthon, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), Cet. Kedua, hlm. 11
[11] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an Manna/, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2012), hlm. 11
[12] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an…......, hlm. 11
[13] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, hlm. 18
[14] Tim Dosen MPI. UMI Makassar, Metode Penulisan Karia Ilmiah Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam, (Makassar: T.t.p., 2012), h. 13.
[15] Hafidz Abdurrahman,Ulumul Qur’an Praktis…….. hlm. 11-12
[16] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an……….., hlm. 19
[17] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an….,…. hlm. 19
[18] Mana’ul Quthon, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an…….., hlm  13
[19] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an……., hlm 19-20
[20] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an……….., hlm. 22-24
[21] Departemen Agama RI, Al- Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Syamil Cipta Media, 2006). Hlm. 28
[22] Bustami Isma’il, Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum, di ambil dari https://hbis.wordpress.com/2009/11/11/makalah-al-Qur%E2%80%99an-sebagai-sumber-hukum-, di akses pada 06/01/2018



1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.